Bayangan di Lorong Sepi
Di sebuah kota kecil yang sering diguyur hujan, terdapat gang sempit yang dikenal oleh penduduk sekitar sebagai gang angker. Tak seorang pun berani melintas sendirian di malam hari. Namun bagi Ardi, seorang remaja berusia 17 tahun, malam itu menjadi malam yang tidak akan pernah ia lupakan.
Panel 1 – Awal Malam
Hujan gerimis mulai turun saat Ardi meninggalkan rumah temannya. Lampu jalan redup dan bayangannya memanjang di trotoar yang retak. Suasana sunyi memekakkan telinga, hanya terdengar tetesan hujan yang jatuh di atap dan selokan.
Dialog Ardi: “Hanya sedikit jalan lagi… cepat, Ardi.”
Panel 2 – Gang Sempit
Ardi memasuki gang sempit yang dikenal menyeramkan. Dinding penuh grafiti dan bau lembap memenuhi udara. Setiap langkahnya terdengar keras, seolah menembus kesunyian malam.
Narasi: “Gang ini selalu menakutkan. Tapi malam ini, Ardi tak punya pilihan selain melewatinya.”
Panel 3 – Bayangan Pertama
Ketika ia berjalan lebih jauh, terdengar suara langkah mengikuti dari belakang. Ardi menoleh, namun yang terlihat hanya kegelapan. Hatinya mulai berdebar.
Dialog Ardi: “Siapa itu? Ada orang di sana?”
Narasi: “Tidak ada jawaban, hanya kesunyian yang menekan.”
Panel 4 – Teror Mulai
Tiba-tiba, bayangan hitam bergerak di sisi gang, seperti manusia, tapi wajahnya tak terlihat. Ardi ingin berlari, tapi kakinya terasa berat, seolah tanah menahannya.
Dialog Ardi (terengah): “Apa… apa ini…?”
Panel 5 – Bisikan Misterius
Di ujung gang, sebuah pintu tua terbuka sendiri. Dari dalam terdengar bisikan tipis:
Bayangan: “Kenapa kau datang ke sini sendirian?”
Ardi menjerit dan mundur beberapa langkah, tapi bayangan itu mendekat tanpa suara langkah.
Panel 6 – Lari Tanpa Henti
Ardi berlari sekuat tenaga, namun bayangan itu selalu ada di belakangnya. Setiap kali ia menoleh, bayangan itu muncul lebih dekat, menatapnya tanpa mata, hanya lubang gelap di wajahnya.
Dialog Ardi: “Tolong… jangan…!”
Panel 7 – Jalan Buntu
Ardi sampai di ujung gang yang tertutup pagar besi. Bayangan itu mendekat dan mulai menyelimuti seluruh gang. Suasana menjadi mencekam, dan hujan turun semakin deras.
Narasi: “Kegelapan menyelimuti setiap langkahnya. Panik membuatnya tak bisa berpikir jernih.”
Panel 8 – Pintu Misterius
Di tengah kepanikan, Ardi menemukan sebuah pintu kayu tua yang seolah memanggilnya. Ia menendang pintu dan masuk, berharap ada jalan keluar. Pintu itu menutup dengan sendirinya di belakangnya.
Panel 9 – Ruangan Gelap
Di dalam ruangan, hanya ada lampu redup yang berkedip. Dindingnya penuh coretan aneh dan bayangan bergerak seakan hidup. Ardi meraba dinding, berharap menemukan jalan keluar.
Dialog Ardi: “Ini… ini bukan nyata, kan?”
Panel 10 – Konfrontasi
Bayangan hitam masuk ke dalam ruangan, menatap Ardi dengan wajah kosong. Ardi jatuh terduduk, gemetar, dan merasakan hawa dingin menusuk tulang. Bayangan itu mulai mendekat, perlahan tapi pasti.
Panel 11 – Twist Misterius
Ardi menutup mata, berharap semuanya hilang. Saat membuka mata, ia berada di kamarnya sendiri. Lampu kamar redup dan hujan masih terdengar di luar jendela. Ia menghela napas lega, berpikir semuanya hanya mimpi buruk.
Dialog Ardi: “Ah… hanya mimpi… hanya mimpi…”
Panel 12 – Akhir Mengejutkan
Namun, saat Ardi menoleh ke lantai, terlihat jejak kaki basah yang menuju lemari—padahal ia tidak keluar kamar. Hati Ardi mulai berdebar lagi. Bisikan tipis terdengar dari sudut gelap kamar:
Bisikan: “Kenapa kau meninggalkan gang begitu saja?”
Narasi: “Ardi menyadari, kengerian belum berakhir. Bayangan itu mengikuti, bahkan di tempat yang seharusnya aman.”
Panel 13 – Pesan Moral
Narasi akhir menekankan ketegangan dan misteri: “Tidak semua kegelapan dapat dihindari. Terkadang, bayangan yang kita hindari akan menemukan kita, di tempat yang paling tak terduga.”
Terakhir diperbarui: 10 November 2025

0 Komentar